Sabtu, 15 Oktober 2011

Lingkungan dan Lembaga Pendidikan

1.      Pengertian Lingkungan Pendidikan dan Lembaga Pendidikan

Lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung. Lingkungan pendidikan merupakan komponen yang sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil pendidikan. Kita sadari sepenuhnya bahwa proses pendidikan tidak dapat terjadi di tempat yang sama sekali kosong atau hampa, tetapi terjadi dan dilakukan pada lingkungan pergaulan dengan segala ciri–cirinya. Komponen lingkungan ini dalam pendidikan sebagai suatu sistem disebut Environmental input. [1]

Lembaga pendidikan, yaitu lembaga yang mempunyai tanggung jawab dan peranan dalam usaha pencapaian tujuan pendidikan yaitu pendewasaan diri manusia. Bila kita teliti mulai dari masyarakat dan kebudayaan yang sederhana, maka lembaga-lembaga pendidikan itu meliputi: lembaga keluarga, lembaga sekolah dan lembaga masyarakat. Ketiga akan dibahas lebih lanjut pada pembahasan bentuk-bentuk lembaga pendidikan.

  1. Macam-Macam Lingkungan Pendidikan

Lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi beberapa macam antara lain yaitu:
a.       Lingkungan sosial
Lingkungan sosial adalah lingkungan masyarakat. Di lingkungan sosial ini terjadi proses pergaulan antara anak dengan anak, anak dengan orang dewasa, orang dewasa dengan orang dewasa. Dalam pergaulan ini sering terjadi pengaruh yang positif dan negatif. Karena itu pendidikan harus selalu berusaha bagaimana agar anak didik tidak “mempan” terhadap pengaruh yang negatif. Sebab pada dasarnya yang dikatakan pendidikan hakikatnya selalu menuju ke hal yang baik. Karena itu pengaruh buruk terhadap perkembangan pribadi manusia bukan merupakan hakikat pendidikan. Pendidik harus dapat mengendalikan, mengontrol, mengarahkan, bersikap hati–hati, waspada, bijaksana, kritis, selektif dan kreatif terhadap segala kemungkinan yang terjadi dalam pergaulan yang bukan bersifat pendidikan.   

b.      Lingkungan alam
Lingkungan alam ini berupa keadaan geografis, klimatologis, atau segala sesuatu yang berada di alam seperti misalnya: tumbuh–tumbuhan, hewan, batu–batuan, tanah, air, cuaca, iklim, dan sebagainya. Hal ini juga berpengaruh terhadap proses dan hasil pendidikan. Keadaan geografis dan klimatologis sangat mempengaruhi perkembangan individu. Orang yang hidupnya di pantai (daerah pesisir) cenderung lebih bersifat dinamis bila dibandingkan dengan orang di pedalaman. 

c.   Lingkungan kebudayaan
Lingkungan kebudayaan dapat berupa benda–benda hasil budi daya manusia yang ada di sekitar individu siswa. Bisa berupa: adat, sopan santun, surat kabar, film, majalah, video, cassette, gambar–gambar/foto–foto dan sebagainya. Hal ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil pendidikan. Karena masing–masing individu siswa yang satu dengan yang lain berbeda, ada yang mudah terpengaruh hal–hal yang negatif, namun ada juga yang dapat dengan mudah menghindari pengaruh negatif tersebut. Untuk itu pendidikan harus berusaha semaksimal mungkin untuk membendung pengaruh yang negatif tersebut.

      Ketiga lingkungan pendidikan itu saling bersinergi dan berperan dalam rangka usaha setiap siswa/mahasiswa mengembangkan dirinya. Lingkungan pendidikan ini juga sangat memberikan pengaruh langsung terhadap usaha–usaha atau kegiatan pendidikan. [2]
      Faktor lingkungan ini ada yang membagi menurut wujudnya dan ada pula yang membagi dan menggolongkannya ke dalam lingkungan pendidikan. Menurut wujudnya milieu/ lingkungan ini dibagi menjadi empat bagian:
a.       Lingkungan berwujud manusia seperti orang tua/keluarga, teman–teman bermain, teman sekolah dan kenalan-kenalan lain.
b.      Lingkungan kesenian berupa macam-macam pertunjukan seperti gambar hidup, wayang ketoprak, sandiwara, dan lain-lain pertunjukan seperti yang ditayangkan di televisi.
c.       Lingkungan berwujud kesustraan, seperti bermacam-macam tulisan, atau bacaan yang ada dikoran, majalah dan buku-buku bacaan lainnya.
d.      Lingkungan berwujud tempat yaitu seperti tempat tinggal dimana anak dibesarkan, iklim dan tempat/daerah dimana anak tinggal dan lain-lain. (Bernadib, 1989:118-119).
Ada pula sementara pendidik yang membagi milieu/lingkungan alam sekitar menjadi empat bagian, yaitu:
a.       Lingkungan fisik/tempat seperti keadaan iklim, kedaan tanah dan keadaan alam.
b.      Lingkungan budaya yaitu warisan budaya tertentu seperti bahasa, seni, ekonomi,ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
c.       Lingkungan sosial/masyarakat (kelompok hidup bersama) seperti keluarga, kelompok bermain, desa perkumpulan.
d.      Lingkungan pendidikan yaitu lingkungan sekitar yang sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan seperti pakaian keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat peraga dan lain sebagainya (Wens Tanlain,dkk,1989:39-40)
Ki Hajar Dewantara membagi faktor lingkungan ini menjadi tiga bagian yang terkenal dengan istilah “Tri Pusat Pendidikan” , yaitu tiga pusat pendidikan, yaitu:
a.       Lingkungan keluarga
b.      Lingkungan sekolah
c.       Lingkungan masyarakat/Organisasi Pemuda (Tim Dosen IKIP Malang, 1987:13-14; Wens Tanlain,dkk, 1889: 41).[3]
  1. Bentuk-Bentuk Lembaga Pendidikan

A.     Lembaga Keluarga
Keluarga adalah lembaga sosial resmi yang terbentuk setelah adanya perkawinan. Keluarga juga merupakan lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap-tiap manusia. Pendidikan dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan dan pembinaan bakat, minat serta kepribadian, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan.
Fungsi dan peranan pendidikan keluarga:
a.       Pengalaman pertama masa kanak-kanak.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang berperan penting dalam perkembangan anak. Di dalam keluargalah anak dididik mulai mengenal hidupnya. Hal ini harus disadari oleh tiap keluarga, bahwa anak dilahirkan di dalam lingkugan keluarga yang tumbuh dan berkembang sampai anak melepaskan diri dari keluarga dan terjun ke masyarakat.
b.       Menjamin kehidupan emosional anak.
Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang diliputi rasa cinta dan kasih, suasana yang aman dan tentram, suasana percaya mempercayai. Untuk itulah melalui pendidikan keluarga ini, kehidupam emosional dapat dipenuhi atau dapat berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan adanya hubungan darah antara pendidik dengan anak didik, sebab orang tuanya hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena didasarkan atas rasa cinta kasih sayang.
c.       Menanamkan dasar pendidikan moral.
Di dalam keluarga juga merupakan penanaman utama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak. Teladan ini melahirkan gejala identifikasi positif, yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru dan hal ini penting sekali dalam rangka pembentukan kepribadian.
d.       Memberikan dasar pendidikan sosial.
Di dalam kehidupan keluarga, merupakan basis sangat penting dalam peletakan dasar-dasar pendidikan sosial anak. Sebab pada dasarnya keluarga merupakan lembaga sosial resmi yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Perkembangan kesadaran sosial pada anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat keluarga yang penuh rasa tolong-mrnolong, bergotong royong, menolong saudara atau tetangga yang sakit, bersama-sama menjaga ketertiban, kebersihan, keserasian dalam segala hal.
e.   Peletakan dasar-dasar keagamaan.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling baik untuk meresapkan dasar-dasar hidup beragama, dalam hal ini tentu saja dalam keluarga. Anak-anak seharusnya dibiasakan ikut serta ke masjid bersama-sama untuk melaksanakan ibadah, mendengarkan khutbah. Kegiatan seperti ini besar sekali pengaruhnya terhadap kepribadian anak. Kenyataan membuktikan bahwa anak yang semasa kecilnya tidak tidak tahu menahu dengan hal-hal yang berhubungan dengan keagamaan maka setelah dewasa mereka pun tidak ada perhatinnya terhadap hidup keagamaan. Kehidupan dalam keluarga hendaknya memberikan kondisi kepada anak untuk mengalami suasana hidup keagamaan.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, Nomor 2 Tahun 1989, Pasal 10, ayat 4 dan penjelasannya mengemukakan bahwa Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan dalam keluarga yang tugas atau peranannya adalah untuk memberikan/menanamkan: keyakinan agama, nilai-nilai budaya nilai-nilai moral dan keterampilan.

B.     Lembaga Sekolah
Yang dimaksud pendidikan sekolah ini adalah pendidikan yang diperoleh seseorang disekolah secara teratur, sistematis, bertingkat dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi). Sekolah sebagai suatu konsep mempunyai dua pengertian yaitu:
1.      Sekolah dalam arti suatu bangunan dengan segala perlengkapannya sebagai lembaga pendidikan. Sebagai lembaga pendidikan sekolah mempunyai pengertian yang hakiki, yaitu:
a.       Sekolah merupakan lembaga formal yang berdasarkan undang-undang negara sebagai lingkungan pendidikan.
b.      Sekolah adalah lembaga pendidikan yang mempunyai organisasi yang tersusun rapi.
c.       Sekolah merupakan suatu sistem dengan komponen-komponen dan memiliki keterkaitan dengan sistem-sistem lain. Pola hubungan dengan sistem lain diwarnai dengan informasi timbal–balik; mekanisme umpan balik berpengaruh terhadap lingkungan sekolah.
d.      Sekolah sebagai pusat pendidikan formal merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian pendidikan.
e.       Sekolah sebagai perangkat/institusi masyarakat yang ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang pasti yang tercermin di dalam falsafat dan tujuan, pnjenjangan, kurikulum, pengadministrasiannya, dan pengelolaannya. (Wens Tanlain,dkk,1989:41; Tim Dosen IKIP Malang, 1987:146)   

2.   Sekolah sebagai proses atau kegiatan belajar mengajar.[4] Ada beberapa karakteristik proses pendidikan yang berlangsung disekolah ini, antara lain:
a.       Pendidikan dilaksanakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki hubungan hierarki.
b.       Usia anak didik disuatu jenjang pendidikan relatif homogen.
c.       Waktu pendidikan relatif lama sesuai dengan program pendidikan yang harus diselesaikan.
d.       Materi atau isi pendidikan lebih banyak bersifat akademis dan umum.
e.       Adanya penekanan tentang kualitas pendidikan sebagai jawaban terhadap kebutuhan dimasa yang akan datang.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan pelayanan dalam mendidik warga negara.
Sekolah merupakan lembaga pendidikan kedua setelah keluarga. Sifat-sifat pendidikan disekolah antara lain sebagai berikut:
a.       Pendidikan kedua (tumbuh sesudah keluarga).
Dalam sebuah keluarga tidak selamanya tersedia kesempatan dan kesanggupan memberikan pendidikan kepada anak-anaknya, sehingga keluarga menyerahkan tanggung jawabnya kepada sekolah. Di sekolah anak-anak dapat memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar serta ilmu-ilmu lainnya.
b.       Lembaga pendidikan formal.
Dinamakan lembaga pendidikan formal karena sekolah memiliki bentuk yang jelas, dalam arti memiliki program yamg telah direncanakan dengan teratur dan telah ditetapkan dengan resmi. Misalnya, di sekolah ada rencana pelajaran, jam pelajaran, dan peraturan lainnya yang menggambarkan bentuk dari program sekolah secara keseluruhan.
c.       Lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrati.
Lembaga pendidikan didirikan tidak atas dasar hubungan darah antara guru dan murid seperti halnya di keluarga, tetapi berdasarkan hubungan yang bersifat kedinasan. Murid juga tidak secara kodrat harus mengikuti pendidikan sekolah tertentu, karena itu sekolah merupakan pendidikan yang tidak bersifat kodrat.
Selain itu sekolah juga memiliki fungsi dan peranan tertentu. Sebagaimana yang disebutkan Suwarno adalah sebagai berikut:
a.       Mengembangkan kecerdasan pikiran dan memberikan pengetahuan.
b.       Spesialisasi. Sekolah mempunyai fungsi sebagai lembaga sosial yang spesialisasinya dalam bidang pendidikan dan pengajaran.
c.       Efisiensi. Terdapatnya sekolah sebagai lembaga sosial yang berspesialisasi dibidang pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat menjadi lebih efisien, salah satu alasannya adalah seumpama tidak ada sekolah maka pekerjaan mendidik harus dipikul oleh keluarga, maka hal ini menjadi tidak efisien sebab orang tua sudah sibuk dengan pekerjaannya.
d.       Sosialisasi. Sekolah berperan penting dalam proses sosialisasi, sebab bagaimanapun pada akhirnya ia berada dimasyarakat.
e.       Konservasi dan transmisi kultural. Fungsi lain dari sekolah adalah memelihara warisan budaya yang hidup dalam masyarakat dengan menyampaikannya (transmisi kultural) kepada generasi muda (anak didik).
f.        Transmisi dari rumah ke masyarakat. Ketika berada di keluarga, kehidupan anak masih bergantung kepada orang tua, maka setelah memasuki sekolah dimana ia mendapatkan kesempatan untuk melatih tanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
C.     Masyarakat
Masyarakat diartikan sebagai satu bentuk tata kehidupan sosial dan tata budaya sendiri. Dalam arti ini masyarakat adalah wadah wahana pendidikan; medan kehidupan manusia yang majemuk (suku, agama, kegiatan kerja, tingkat ekonomi, sosial ekonomi dan sebagainya). Manusia berada dalam multikompleks antarhubungan dan antaraksi di dalam masyarakat.
Dalam konteks pendidikan maasyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat ini, telah dimulai ketika anak-anak untuk beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar dari pendidikan sekolah.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat banyak sekali meliputi segala bidang, baik pembentukan kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertian-pengertian (pengetahuan), sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
Pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat atau yang dikenal dengan jalur pendidikan luar sekolah memiliki beberapa istilah didalam pelaksanaannya, sebagai berikut:
a.       Pendidikan sosial, merupakan proses yang diusahakan di dalam masyarakat untuk mendidik individu dalam lingkungan sosial, supaya bebas dan beratnggung jawab menjadi pendorong ke arah perubahan dan kemajuan.
b.      Pendidikan masyarakat, merupakan pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, termasuk pemuda yang diluar batas umur kewajiban belajar, dan dilakukan diluar lingkungan dan sistem persekolahan resmi.
c.       Pendidikan rakyat, adalah tindakan-tindakan atau pengaruh yang kadang-kadang mengenai seluruh rakyat, tetapi biasanya khusus mengenai rakyat lapisan bawah.
d.      Pendidikan luar sekolah, adalah pendidikan yang dilakukan diluar sistem persekolahan biasa.
e.       Mass education, merupakan pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa diluar lingkungan sekolah yang bertujuan memberikan kecakapan baca tulis dan pengetahuan umum untuk dapat mengikuti perkembangan dan kebutuhan hidup sekitarnya.
f.        Adult education, adalah pndidikan untuk orang dewasa yang mengambil umur batas tertingi dari masa kewajiban belajar. Pengertian ini mengacu pada anak-anak yang tidak tertampung di sekolah dasar yang telah berusia dewasa dan untuk para drop out.5
Lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat adalah salah satu unsur pelaksana azas pendidikan seumur hidup. Pendidikan yang dilakukan di lingkungna keluarga dan sekolah terbatas, dimasyarakatlah orang akan meneruskannya hingga akhir hidupnya. Segala pengetahuan  dan keterampilan yang diperoleh di lingkungan pendidikan keluarga dan di lingkungan sekolah akan dapat berkembang dan dirasakan manfaatnya dalam masyarakat.
Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hal ini disebabkan karena waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas dan isinya sangat kompleks dan beragam. Meskipun demikian, masyarakat mempunyai peran yang besar dalam pelasanaan pendidikan nasional.


 


Peran masyarakat itu antara lain menciptakan suasana yang dapat menunjang pelaksanaan pendidikan nasional, ikut menyelenggarakan pendidikan non pemerinta (swasta), membantu pengadaan tenaga, biaya, sarana, dan prasarana, menyediakan lapangan pekerjaan, membantu pengembangan profesi baik secara langsung ataupun tidak langsung.

Peran masyarakat tersebut dilaksanakan melalui jalur-jalur:

1.      Perguruan swasta
Yang dimaksud perguruan swasta yaitu usaha –usaha dari masyarakat yang secara langsung mengelola dan menyelenggarakan pendidikan formal. Perguruan swasta dapat menyelenggarakan semua jenis dan jenjang pendidikan, kecuali pendidikan kedinasan di lingkungan pemerintah. Dalam melaksanakan tugasnya perguruan swasta berkewajiban melaksanakan ketentuan – ketenatuan pokok pendidikan nasional separti, peraturan perundang-undangan, standardisasi dan akreditasi. Oleh karena itu, perguruan swasta harus dikelola oleh suatu lembaga yang berbentuk badan hukum, sehingga hak dan kewajibannya, kelangsungan pertumbuhannya, mempunyai dukungan yang mantap.

2.      Dunia usaha
Sebagai bagian dari masyarakat, dunia usaha mempunyai kaitan yang erat dengan unsur-unsur kehidupan masyarakat lainnya, termasuk disini adalah pendidikan. Hubungan dunia usaha dengan pendidikan dapat dilihat dari dua segi yaitu:
a.       Dunia usaha sebagai konsumen pendidikan, dalam arti dunia usaha memanfaatkan dan mengambil dari hasil pendidikan yang berupa lulusan.
b.      Dunia usaha sebagai pengembang dan pelaksana dalam penyelenggaraan sistem pendidikan.
Peran dunia usaha dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya, melaksanakan sistem magang, membentuk konsorsium pengadaan dana yang dapat dimanfaatkan untuk usaha-usaha pendidikan, menyediakan fasilitas untuk kepentingan pendidikan dan latihan, mengadakan latihan prajabatandan penataran, mengadakan program pendidikan kemasyarakatan (seperti wajib menyelenggarakan pendidikan minimum untuk karyawannya), dan mengadakan kerjasama dengan sekolah-sekolah kejuruan dan lembaga pendidikan  lainnya.

3.      Kelompok profesi
Di dalam masyarakat yang sedang membangun, keterampilan dan keahlian sangat diperlukan, sehingga dengan sendirinya kelompok profesi menjadi sangat penting dan menentukan. Kita sadari bahwa pembinaan keterampilan dan keahlian ini adalah merupakan bidang garap dalam proses pendidikan. Karena itu peranan kelompok profesi menjadi penting pula dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional.
Peran kelompok profesi dalam sistem pendidikan nasional antara lain adalah merencanakan dan menyelenggarakan latihan keterampilan dan keahlian, menjamin dan menguji kualitas keterampilan dan keahlian tersebut, dan menyediakan tenaga–tenaga pendidikan untuk berbagai jenis pendidikan, terutama pendidikan kemasyarakatan dan pendidikan khusus.       

 4.  Lembaga swasta lainnya.
Selain peranan perguruan swasta, dunia usaha dan kelompok profesi, di dalam masyarakat berkembang pula lembaga-lembaga swasta nasional yang mengelola dan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sosial, kebudayaan, keagamaan, penelitian, keterampilan dan keahlian.
Peran lembaga swasta nasional itu terutama diharapkan dalam rangka pelaksanaan pendidikan kemasyarakatan melalui kegiatan-kegiatan yang mempunyai efek sosial.6

 Sumber

[1] Ekosusilo, Madyo dan Kasihadi, RB.Dasar-Dasar Pendidikan.hlm 51-52
[2]  Ekosusilo, Madyo dan Kasihadi, RB.Dasar-Dasar Pendidikan.hlm 51-52
[3] Sabri,Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan.cet-1. hlm. 19-20
[4] Sabri,Alisuf. Pengantar Ilmu Pendidikan.cet-1. hlm. 26-27
[5]  Hasbullah. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. 1997. Jakarta: Rajawali Perss.
6 Ekosusilo, Madyo dan R.B. Kasihati. 1997. Dasar-Dasar Pendidikan. Semarang : Effhar Publishing. Hlm. 76-78
 

Aku kehidupanku dan kimia

Ilmu kimia mempelajari bangun atau struktur materi dan perubahan – perubahan yang dialami materi ini dalam proses – proses alamiah maupun dalam eksperimen yang di rencanakan. Melalui kimia kita dapat mengenal susunan atau komposisi zat  dan penggunaan bahan – bahan tak bernyawa, baik alamiah maupun buatan, dan mengenal proses – proses penting dalam benda hidup. Termasuk tubuh kita sendiri.
Kimia terbagi secara lebih merata antara pengetahuan teoritis dan praktis, dibandingkan kebanyakan ilmu lain. Di satu pihak, teori mengenai prilaku elektron nampaknya tak banyak bersangkutan dalam kehidupan kita sehari – hari. Di pihak lain, para ahli kimia membantu menciptakan dan memproduksi kebanyakan bahan yang dinikmati oleh masyarakat modern.
Meskipun ilmu kimia merupakan bagian pendidikan umum selama beberapa generasi, dewasa ini ilmu ini memegang peranan penting dalam membentuk peradaban kita. Konsep – konsep falsafah kita mengenai sifat dasar kehidupan itu sendiri, produksi makanan, obat dan senjata, pengaruh kita dalam lingkungan yang memberi makan dan mendukung kita- semuanya ini dan praktis semua lainnya yang penting bagi kita, telah dipengaruhi oleh pengembangan ilmu kimia oleh manusia. Pengetahuan umum akan dampak ilmu kimia memeng sudah wajar. Dalam 45 tahun yang terakhir ini penduduk dunia telah menjadi dua kali lipat dan di duga akan melipat dua lagi dalam waktu 25 tahun mendatang. Salah satu sebab utama dari laju pertumbuhan yang dipercepat ini adalah penerapan pengetahuan kimia dalam bidang kedokteran dan pertanian. Perkembangan obat – obatan yang meningkatkan kesehatan dan antibiotika untuk mengendalikan penyakit dan infeksi sebagian besar di dasarkan pada penelitian kimia. Pupuk dan insektida yang meningkatkan produksi makanan untuk memberi makan populasi yang makin meningkat itu ditemukan lewat penerapan pengetahuan kimia.
Dewasa ini perhatian yang dicurahkan  pada ekologi, lingkungan dan krisis energi, membangkitkan keprihatinan yang meluas akan masalah – masalah kimia oleh masyarakat umum.

Bertambah banyaknya manusia yang menghuni planet ini dan meningkatnya penggunaan sumber daya bahan untuk meningkatkan taraf hidup mengakibatkan perubahan lingkungan yang membahayakan. Peracunan persediaan air, oleh residu – residu insektisida dan pemusnahan rerumputan, pencemaran udara oleh reaksi kimia yang berlangsung selama pembakaran bahan bakar, terbunuhnya hewan dan tumbuhan oleh limbah proses industri semuanya ini merupakan masalah modern dengan nada ikatan kimia.
Pertumbuhan ekonomi negara industri besar dengan cepat menggunakan sumber energi dan menghasilkan limbah yang melimpah yang mengancam untuk merusakkan kesetimbangan kimiawi alam ini. Kesetimbangan yang paling merupakan keprihatinan kita adalah yang berlangsung dalam zone di dekat permukaan bumi, yang disebt biosfer, zone yang di huni makhluk hidup. Biosfer itu relatif merupakan lapisan tipis di dekat permukan bumi. Dari analisis tumbuhan dan hewan hidup, ahli kimia telah mengidentifikasi jutaan aneka zat. Cuplikan zat – zat yang tidak berkaitan dengan makhluk hidup telah di peroleh dari dalam atmosfer, samudera dan kerak bumi yang dapat di cuplik dengan membor sumur dan teknik – teknik langsung lainnya. Jumlah keseluruhan zat – zat unik yang kini di kenal, baik yang terdapat dalam alam maupun yang dibuat secara sintesis dalam laboratorium kimia, sekitar 4 juta.
Memahami dan mengendalikan perubahan yang berlangsung dengan skala raksasa dalam suatu sistem yang serumit biosfer bumi, memang merupakan tantangan yang sukar. Meskipun begitu, dewasa ini kebanyakan ilmuan berpandangan optimistik, bukannya penuh rasa kalah, untuk melindungi lingkungan dan mengembangkan cara – cara yang lebih aman untuk memproduksi energi. Misalnya suatu pemahaman kimia yang terlibat, merupakan kunci untuk merancang alat – alat yang meminimalkan zat – zat yang tak di inginkan dari dalam mesin mobil. Ahli kimia memainkan peranan penting dalam mencari cara – cara agar produk buangan tidak terlalu merusak dan dalam mengembangkan teknik – teknik baru untuk menggunakan sumber energi baik nuklir, matahari maupun tumbuhan hijau. Filsuf Gary Wiils mencatat bahwa keprihatinan lingkungan kita dewasa ini, seperti senantiasa, adalah terhadap bumi, udara, bahan bakar, dan air.
 Dalam sindiran propokatif terhadap keempat unsur yang dikenal oleh orang – orang kuno, kita peroleh suatu petunjuk mengenai besarnya pengaruh perspektif kimia pada kehidupan kita.
Kemajuan ilmu kimia ini mendukung perkembangan teknologi yang pada gilirannya dapat menaikkan kesejahteraan ku sebagai manusia. Namun demikian, hasil kimia yang banyak ini bila tidak diarahkan pemanfaatannya akan merugikanku juga, bahkan dapat menghancurkan peradabanku sendiri.
Beberapa penemuan yang dapat merugikan misalnya senjata nuklir, senjata kimia dan bilogis yang dapat menimbulkan pencemaran udara, air dan tanah sehingga dapat mengganggu keseimbangan dan keserasian lingkungan hidup.
Pada dasarnya hasil ilmu kimia memang netral, tapi pemanfaatannya yang tak terarah dan terkendali oleh nilai – nilai kemanusiaan adalah sangat berbahaya.
Demikian pula, meskipun hasil ilmu ikimia netral, tapi keputusan untuk melakukan atau tidak melakukan eksperimen dan keputusan untuk memilih fakta yang di perlukan adalah tidak bebas dari nilai. Dan disini lah perlunya dan peranan aku dalam menciptakan nilai kemanusiaan yang luhur untuk menuntun perkembangan dan pemanfaatan ilmu kimia kearah yang lebih benar.         
Jadi kesimpulannya adalah bahwa sejak dulu bahkan sampai saat ini antara aku, kimia, dan kehidupan tidak dapat di pisahkan. Mereka selalu berikatan dan mempunyai hubungan yang sangat erat. Disamping ilmu kimia dapat meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup aku dan kehidupan, kimia juga membawa resiko terhadap aku dan kehidupan. Namun, dengan ilmu kimia itu pula resiko yang muncul tersebut dapat di minimalisir.
Pada intinya, akulah yang bertugas mengembangkan dan mengarahkan kimia dengan landasan nilai – nilai kemanusiaan yang luhur, sedangkan ilmu kimia yang berkembang dan terarah dapat menyejahterakan kehidupanku. Selesai...

               

Aljabar Boolean

Aljabar Boolean
 Misalkan terdapat
-         Dua operator biner: + dan ×
-         Sebuah operator uner: ’.
-         B : himpunan yang didefinisikan pada opeartor +, ×, dan ’
-         0 dan 1 adalah dua elemen yang berbeda dari B.

Tupel

              (B, +, ×, ’)
disebut aljabar Boolean jika untuk setiap a, b, c ÃŽ B berlaku aksioma-aksioma atau postulat Huntington berikut:

1. Closure:          (i)  a + b ÃŽ B   
                               (ii) a × b ÃŽ B     

2. Identitas:         (i)  a + 0 = a
                                 (ii) a × 1 = a
                            
3. Komutatif:      (i)  a + b = b + a
                                                   (ii)  a × b = b . a

4. Distributif:      (i)   a × (b + c) = (a × b) + (a × c)
                                                   (ii)  a + (b × c) = (a + b) × (a + c)
                            
5. Komplemen:  (i)  a + a’ = 1
                                                   (ii)  a × a’ = 0

 ·       Untuk mempunyai sebuah aljabar Boolean, harus diperlihatkan:
1.    Elemen-elemen himpunan B,
2.    Kaidah operasi untuk operator biner dan operator uner,
3.    Memenuhi postulat Huntington.
 
Aljabar Boolean Dua-Nilai

Aljabar Boolean dua-nilai:
-         B = {0, 1}
-         operator biner, + dan ×
-         operator uner, ’
-         Kaidah untuk operator biner dan operator uner:

A
b
a × b

a
b
a + b

a
a
0
0
0

0
0
0

0
1
0
1
0

0
1
1

1
0
1
0
0

1
0
1



1
1
1

1
1
1
 


 
Cek apakah memenuhi postulat Huntington:
1.    Closure :  jelas berlaku
2.    Identitas: jelas berlaku karena dari tabel dapat kita lihat bahwa:
(i)  0 + 1 = 1 + 0 = 1
(ii) 1 × 0  = 0 × 1 = 0
3.    Komutatif:  jelas berlaku dengan melihat simetri tabel operator biner.

4.    Distributif: (i) a × (b + c) = (a × b) + (a × c) dapat ditunjukkan benar dari tabel operator biner di atas  dengan membentuk tabel kebenaran:

a
b
c
b + c
a × (b + c)
a × b
a × c
(a × b) + (a × c)
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
0
0
0
0
0
1
0
1
0
0
0
0
0
1
1
1
0
0
0
0
1
0
0
0
0
0
0
0
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
0
1
1
1
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1


(ii) Hukum distributif a + (b × c) = (a + b) × (a + c) dapat ditunjukkan benar dengan membuat tabel kebenaran dengan cara yang sama seperti (i).


5.    Komplemen: jelas berlaku karena Tabel 7.3 memperlihatkan bahwa:
    (i)  a + a‘ = 1, karena 0 + 0’= 0 + 1 = 1 dan 1 + 1’= 1 + 0 = 1
    (ii) a × a = 0, karena 0 × 0’= 0 × 1 = 0 dan 1 × 1’ = 1 × 0 = 0 

Karena kelima postulat Huntington dipenuhi, maka terbukti bahwa B = {0, 1} bersama-sama dengan operator biner + dan × operator komplemen ‘ merupakan aljabar Boolean. 
Ekspresi Boolean
·       Misalkan (B, +, ×, ’) adalah sebuah aljabar Boolean. Suatu ekspresi Boolean dalam (B, +, ×, ’) adalah:
(i)   setiap elemen di dalam B,
(ii)  setiap peubah,
(iii) jika e1 dan e2 adalah ekspresi Boolean, maka e1 + e2, e1 × e2, e1’ adalah ekspresi Boolean
 
Contoh:
                   0
                   1
                   a
                   b
                   c
                   a + b
                   a × b
                   a× (b + c)
                   a × b’ + a × b × c’ + b’, dan sebagainya

Mengevaluasi Ekspresi Boolean

·       Contoh:  a× (b + c)

 jika a = 0, b = 1, dan c = 0, maka hasil evaluasi ekspresi:

                   0’× (1 + 0) = 1 × 1 = 1

·       Dua ekspresi Boolean dikatakan ekivalen (dilambangkan dengan ‘=’) jika keduanya mempunyai nilai yang sama untuk setiap pemberian nilai-nilai kepada n peubah.
Contoh:
                   a × (b + c) = (a . b) + (a × c)

Contoh. Perlihatkan bahwa a + ab = a + b .
Penyelesaian:

 

a
b
a
ab
a + ab
a + b
0
0
1
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
0
0
1
1

·       Perjanjian: tanda titik (×) dapat dihilangkan dari penulisan ekspresi Boolean, kecuali jika ada penekanan:
(i)           a(b + c) = ab + ac
(ii)                       a + bc = (a + b) (a + c)
(iii)                    a × 0 , bukan a0
         
Prinsip Dualitas

·       Misalkan S adalah kesamaan (identity) di dalam aljabar Boolean yang melibatkan operator +,  ×, dan komplemen, maka jika pernyataan S* diperoleh dengan cara mengganti
                   ×   dengan  +
          +  dengan  ×
                   0  dengan  1
          1  dengan  0
dan membiarkan operator komplemen tetap apa adanya, maka kesamaan S* juga benar. S* disebut sebagai dual dari S.

Contoh. 
(i)   (a × 1)(0 + a’) = 0  dualnya (a + 0) + (1 × a’) = 1
(ii)  a(a‘ + b) = ab       dualnya a + ab = a + b
Hukum-hukum Aljabar Boolean

1.  Hukum identitas:
(i)    a + 0 = a
(ii)  a × 1 = a

2.  Hukum idempoten:
(i)   a + a = a
(ii)  a × a = a

3.  Hukum komplemen:
(i)    a + a’ = 1
(ii)  aa’ = 0

4.  Hukum dominansi:
(i)    a × 0  = 0
(ii)   a + 1 = 1

5.  Hukum involusi:
(i) (a’)’ = a

6.  Hukum penyerapan:
(i)    a + ab = a
(ii)  a(a + b) = a

7.  Hukum komutatif:
(i)    a + b = b + a
(ii)   ab = ba

8.  Hukum asosiatif:
(i)    a + (b + c) = (a + b) + c
(ii)   a (b c) = (a b) c

9.  Hukum distributif:
(i) a + (b c) = (a + b) (a + c)
(ii) a (b + c) = a b + a c

10.    Hukum De Morgan:
(i) (a + b)’ = ab
(ii) (ab)’ = a’ + b

11.           Hukum 0/1
  (i)   0’ = 1
       (ii)  1’ = 0